Navigation


RSS : Articles / Comments


Adinda Yang Malang

18.35, Posted by admin, No Comment

Adinda pulang kerja jalan kaki, jalanan cukup sepi, sementara suara guruh sesekali terdengar. Awan terlihat mendung dilangit malam itu.
Cewek yang tingginya sekitar 170 cm, langsing, kakinya juga jenjang banget (Adinda waktu itu pake rok yg rada mini) mempercepat jalannya.
Pukul 20:00 jalanan diluar rumah Adinda, sepi jarang ada mobil yang lewat. Penduduk kota sudah tahu akan ada badai besar malam itu. Kelima berandal yang bertubuh kekar itu mengendap-endap memasuki pekarangan rumah. Mereka mau membalas cewek bertampang melankolis itu yang memergoki mereka mencuri minuman keras tadi,dengan melaporkan satpam. Mereka berencana berpesta memperkosa cewek itu habis-habisan sebagai balasannya.

“Sssstttt…..hati-hati jangan berisik…..ayo sini….” Bisik Poltak sambil memberi aba-aba untuk segera maju bersembunyi dikebun rumah Adinda yang penuh semak-semak.
Sementara itu Adinda tidak mengetahui kalau dirinya diikuti oleh para berandal sejak sepulang kerja tidak menaruh curiga. Cewek itu menyalakan kran air mandi, lalu menuju kekamarnya. Adinda menyalakan lagu disco, sambil melepaskan baju kerjanya.
Di kebun para berandal sudah mulai mengendap- endap sambil menyusun rencana untuk masuk ke dalam rumah. Edi dan Jamal mendapat tugas mengawasi jalanan, sedangkan Poltak membuka pintu depan, Juned dan Buyung mencari jalan masuk lewat belakang. Pada saat itu secara tidak sengaja Juned melewati jendela kamar Adinda yang lagi membuka baju kerjanya. Roknya berada diatas ranjang, sementara Adinda yang tubuhnya cuma terbungkus kemeja kerja dan celana dalam sambil berdisco membuka kancing kemejanya. Juned segera memanggil Buyung untuk melihat pemandangan itu. Mereka menelan ludah melihat Adinda yang meliuk-liuk merangsang menari disco. Ukuran dadanya yang sekitar 36B keliatan jelas banget belahannya ketika cewek itu sudah melepas kemejanya.
“Wow, Juned…LOOK AT HER TITS….aku ingin segera mencicipi tubuhnya….” Bisik Buyung tanpa melepaskan padangan matanya menatap tubuh Adinda yang hanya mengenakan baju dalam.
“He…he….he…sabar, Bill…nanti kita cicipi sama-sama, sampai pagi!” sahut Juned yang makin bernapsu melihat hal itu.
Beberapa saat kemudian Adinda beranjak menuju kekamar mandi. Sementara itu Poltak yang berhasil membuka pintu depan segera memberi aba-aba pada teman-temannya untuk masuk. Para berandal itu sudah memperhitungkan segalanya, mereka mengunci pintu dari dalam sehingga nanti mereka bebas bertindak. Kabel telpon sudah mereka putus, cewek itu tinggal sendirian dan lagi badai yang akan datang sangat menguntungkan rencana mereka. Dengan leluasa mereka masuk ke kamar cewek itu. Jamal membuka kulkas, yang lain masuk ke kamar Adinda. Edi memeriksa lemari pakaian Adinda.
“Hai….lihat apa yang kutemukan!” sambil menunjukkan barang temuannya. Juned segera menyahut celana dalam itu.
“Hmmmmm….mmmm…” Juned mencium celana dalam.
“Ingat aku yang pertama bercinta dengannya!” sahutnya sambil tersenyum penuh arti. Para berandal itu tak sabar membayangkan apa yang akan mereka nikmati. Lalu mereka mengambil posisi untuk bersembunyi.
Adinda selesai mandi menuju keruang tengah. Tubuhnya hanya terbalut oleh baju dalam dan kemeja putih, duduk menikmati acara TV kabel. Waktu itu pukul 20:30, cewek itu tidak menaruh curiga bahwa ada orang lain dalam rumahnya. Tiba-tiba dari arah belakang salah seorang berandal maju mendekap tubuhnya. Adinda terkejut dan segera berontak melepaskan diri.
“EVER BEEN GANG RAPED BABY? DON’T KNOW WHAT YOU BEEN MESSIN! YOU STILL REMEMBER US DON’T YOU……” ejek Edi.
Adinda segera mengenali wajah itu menjadi ketakutan sekali, ia tak menyangka kalau para berandal itu benar-benar melaksanakan ancamannya.
Juned maju menerkamnya tiba-tiba, cewek itu menjerit ketakutan ketika berhasil dipeluk. Ia meronta-ronta dan menendang Juned. Tanpa disadarinya tendangannya mengenai selangkangan Juned membuatnya meringis kesakitan dan melepaskan dekapannya. Adinda segera melepaskan diri dan lari menuju pintu depan. Para berandal segera mengejarnya sambil menyorakinya. Dengan sekuat tenaga pintu depan itu berusaha dibuka, tetapi usahanya sia-sia.
“Wooooo……woooooo……ha…ha…ha….ay o sayang, mau lari kemana kamu hah….ayo sini…ha…ha….ha…” Ejek para berandal yang mengejarnya dari belakang. Adinda segera dikepung oleh para berandal. Mereka menyoraki ketidak berdayaannya. Adinda didesak terus sampai merapat kedinding, Juned yang tadi meringis kesakitan mulai maju. Pada saat cewek itu hampir putus asa, ia berhasil berkelit dari kepungan berandal itu, lolos dan lari menuju ke dapur, Adinda bermaksud lari lewat pintu belakang. Para berandal segera mengejarnya lagi. Nasib sial bagi Adinda, begitu tangannya berhasil menyentuh gagang pintu, para berandal berhasil menangkapnya kembali. Rambut pirang Adinda yang panjangnya sebahu terjambak, sehingga ia tidak bisa berbuat apa-apa.
“Aaaahhhh….aammpun…aaah” hiba Adinda, sementara para berandal tersenyum sinis memandangnya.
“Sayang…. Kami akan memberimu pengalaman yang tak akan kau lupakan! kau tadi telah merusak acara pesta kami, sekarang kau harus membayarnya dengan tubuhmu yang indah itu……ha…ha..ha…, oya kau juga akan menyesal telah menendang punyaku, akan kujoblos kau sampai mampus! ” Juned maju dari kerumunan temannya.
Adinda tak berdaya, rambutnya dijambak sementara tangannya dilipat kebelakang. Dari dapur ia diseret menuju ruang tamu saat itu pukul 20:45. Disana ia dikelilingi oleh kelima berandal sambil didorong-dorong.
“Sayang, kita akan berpesta denganmu!” seru Edi tak sabar sambil mendorong ke arah Buyung.
“Ha…..ha…ha…. kau tak akan bisa lolos kali ini….” Ejek Buyung sambil mendekap tubuh Adinda. Mereka berteriak-teriak membuat Adinda makin ketakutan.
“Kemarikan dia Bill….HEY BABE, I BET MY COCK WOULD FEEL REAL GOOD WARPED UP IN YOUR PUSSY!” seru Jamal tak sabar, sambil mempraktekkan gaya bercinta penuh napsu. Adinda didorong ke arah Jamal yang segera merangkul nya dari depan. Mulutnya segera mencari dada cewek itu, sementara pinggulnya bergerak maju mundur seakan sedang bercinta dengannya.
“Wooooo…. Wooooou…..FUCK YOU GIRL, FUCK YOU…..” Jamal menggerayangi cewek itu.
“Aaaahhhh…….aaam…punnn….aahhh… ..jaa…aa ahhhh!!!” jerit Adinda ketakutan.
Tiba-tiba dengan satu sabetan, tangan salah satu berandal merobek kemeja putih Adinda, membuat cewek itu terpelanting. Poltak segera mendekap dari belakang. Sekarang tubuh Adinda hanya mengenakan BH dan celana dalam saja, membuat mereka makin menjadi-jadi.
“Ah…aahh…aahh!” jerit Adinda ketika tangan Poltak yang mendekap tubuhnya dari belakang mulai menggerayangi pahanya yang putih mulus.
“Kita akan memberimu pengalaman yang tak terlupakan, manis…ha…ha…ha…” bisik Poltak.
Para berandal lainnya ikutan beraksi. Tangan Edi meremas remas buah dada Adinda. Jamal memburu kemaluan Adinda, sementara Buyung dan Juned buka baju dan celana panjang mereka sambil tertawa sinis. Tubuh para berandal itu terlihat begitu kekar dan berotot.
“HEY, SOMEBODY GET BEHIND THE BITCH AND HOLD HER ARMS, I’M FUCKING HER FIRST!” Juned memberi aba-aba yang langsung disetujui teman-temannya. Cewek itu meronta-ronta di bopong kelima berandal itu keruang tengah.
“Jamal, Poltak, kau pegangi tangan dan kakinya, terlentangkan dia di meja ini” perintah Juned.
Lonceng berdentang menunjukkan pukul 21:00. Disana Adinda diterlentangkan di atas sebuah meja bundar. Masing-masing tangan dan kakinya dipegangi erat-erat oleh para berandal. Sinar lampu diatas meja membuat cewek itu silau, Adinda hanya bisa melihat tubuh-tubuh kekar mengerubunginya dan tangan-tangan berotot meraba-raba dadanya, wajah sinis dan suara tawa para berandal mengejek ketidak berdayaannya.
Lidah Juned menelusuri lehernya yang jenjang. Adinda berontak berusaha melepaskan diri, tetapi apa daya tenaga seorang cewek dibanding dengan lima laki-laki yang kesetanan. Jamal dan Edi memegangi kakinya, sementara tangan kanan dan kiri Adinda dipegangi erat-erat oleh Poltak dan Buyung. Juned mencumbunya dengan kasar dan penuh napsu, tangannya dengan liar meremas-remas buah dada Adinda.
“I CAN SEE THE NIPPLES POKING AT HER BRA!” kata Juned yang langsung disambut oleh tawa para berandal.
“HEY, CUT THAT BRA OFF MAN. WHAT’S WRONG WITH YOU?” sahut Poltak sudah tidak sabar lagi.
“Aaaah…..aaah….ooh…jangan…..aa hkh!” jerit Adinda ketika dengan satu hentakan kasar tangan Juned merobek BH yang dikenakannya. Para berandal makin seru menyorakinya. Mulut Juned segera melumat buah dada Adinda yang sintal, sementara tangan kirinya masih meremas-remas buah dada sebelah kanan Adinda. “Aaaaah….aaoooh…..ooooh…aahh …aaaahh…aaahhhhh….” desah Adinda mengeliat-liat. Putingnya dijilati penuh napsu oleh lidah Juned.
“Ha….ha….ha…. kau sungguh mengiurkan sayang!” tawa Buyung menelan ludah tak sabar ingin segera menikmati gilirannya. Juned sekarang membuka celana dalamnya sendiri, penisnya yang hitam besar 10 inci itu terlihat tegak siap beraksi.
“Kenyal sekali…..ha…ha…ha…”seru Juned sambil menerkam dan mulutnya menciumi buah dada cewek itu dengan buas. Tubuh Adinda mengeliat-liat membusur, sementara buah dadanya diremas-remas sampai merah. Lidah Juned menelusuri buah dada Adinda, lalu turun ke daerah perut dan menjilati pusarnya. Beberapa saat kemudian sambil tersenyum sinis, mata Juned memelirik kearah paha Adinda.
“Oooohhh….jangan…..aaahhhh….” hiba Adinda ketakutan tidak berani membayangkan diperkosa oleh kelima berandal kekar dan berotot.
Lalu tangan Juned mulai memelorot celana dalam Adinda. Cewek itu berusaha mempertahankannya,
“Ha..ha…ha…percuma kau berontak manis!” ejek Juned ketika Adinda berontak sekuat tenaga, tetapi Buyung dan Poltak makin erat memegangi tangan Adinda, perlahan- lahan celana dalamnya terlepas, rambut kemaluan Adinda terlihat ketika celana dalam berwarna pink itu dari pinggul dilorot turun kepahanya dan akhirnya terlepas.
“Cihuuuiiii……Ha…ha…ha….PARTY TIMES… ha…ha…ha….” Teriaknya sambil memutar-putar celana dalam itu, lalu dicium dalam-dalam menikmati aromanya dan dilemparkan kelantai. Mata Juned jelalatan memandangi Adinda yang telanjang bulat terlentang diatas meja. Adinda lemas karena ketakutan, ia tak berani membayangkan para berandal itu akan ‘menelan tubuhnya ramai-ramai’. Para berandal makin ramai menyorakinya, mata mereka jelalatan memandang setiap lekuk tubuh Adinda. Poltak yang tadi memegangi tangan Adinda digantikan oleh Buyung.
“Oooooh…..aaaahh….am…pun…..aaa ah…jang… an…aaahh..” hiba tangis Adinda.
“Diam!….THERE’S GOING TO BE A BIG PARTY IN YOUR PUSSY TONIGHT…..Ha…ha…ha…kita lihat siapa yang paling hebat bercinta denganmu!” ejek Poltak mendekati Adinda sambil mengeluarkan pisau lipat. Adinda ketakutan ketika Poltak memainkan pisau itu diantara buah dadanya sambil tersenyum sinis memandang tubuhnya. Pisau itu bergerak kearah puting susunya dan diputar-putar mengelilingi belahan buah dada Adinda yang naik-turun karena napasnya tak beraturan. Hal itu membuat para berandal benar-benar terangsang. Pisau itu terasa dingin di buah dada Adinda, lalu pisau itu bergerak kearah perut cewek itu dan turun ke daerah bawah pusar cewek itu. Edi menyeringai penuh arti ketika mengetahui apa yang akan dilakukan oleh Poltak dengan pisau lipatnya.
“Ayo Milo, cukur sampai habis…..ha…ha…ha…ha…” seru Edi kegirangan.
“Aaaahh…..ohhhh…jangan….aaah…. ” teriak Adinda sambil berontak, tetapi para berandal itu makin mempererat pegangannya, sementara pisau lipat itu dengan buas mulai beraksi mencukur rambut kemaluannya.
“Ha…ha….ha… kesempatan yang langka ini tak akan kami lewat begitu saja. Ayo manis berteriaklah semaumu, tak akan ada yang mendengarmu saat ini.” Ejek Juned sambil menerkam buah dada Adinda, diremasnya kuat-kuat membuat cewek itu mengerang kesakitan sementara Poltak mencukur rambut kemaluannya tanpa foam pelicin sehingga Adinda merasa perih. Buyung, Jamal dan Edi yang memegangi kaki dan kedua tangan Adinda tertawa melihat cewek itu meronta-ronta. “Aaaaaagggg….aaaaoooohh….ooooo hhh…oohh.. .” desah Adinda buah dadanya diremas-remas oleh Juned. Suara desahan itu membuat para berandal itu makin terangsang.
Dengan buas pisau Poltak beraksi, dalam beberapa menit saja rambut kemaluan Adinda telah tercukur habis. Daerah kulit bawah perut Adinda yang tadinya ada rambut kemaluannya terlihat memerah. Poltak tersenyum puas, Juned segera maju sambil mementang kaki cewek itu lebar-lebar, sekarang ia berada diantara pahanya , memandang kemaluan Adinda yang terlihat jelas karena rambut disekitar daerah itu habis tercukur.
“Ha…ha…ha…buah dadamu sungguh lezat, NOW I’LL EAT YOUR PUSSY!” kata Juned sambil menjilatkan lidahnya sementara matanya melirik kearah kemaluan Adinda.
“Oooooh….lepas…kan….jang…an ..oooOOAAHH!” tangis Adinda terhenti ketika Juned mulai menjilatinya. Lidah itu seakan menjulur panjang menjelajahi lorong vagina Adinda. Tubuh cewek itu mengelinjang-gelinjang, sementara lidah Juned bergerak seperti cacing menggali lobang.
“Oooooohhhhh…aaaauuuuoooo…oooo uuu…aaaah. ..” Desis Adinda sementara kepalanya hanya bisa menggeleng ke kiri dan kanan. Tubuh Adinda bergetar, tangannya mengepal erat-erat, Poltak menciumi leher dan daerah sekitar ketiak, sambil tangannya mencubit puting susu cewek itu. Jamal melepaskan kaki cewek itu, dan ikutan mencumbu perut Adinda. Lidah Jamal menjilati pusar cewek itu.
“Uuuuuuhhhh….oooouuh…ooohhh…” suara desah Adinda makin keras, ketika lidah Juned masuk makin dalam divaginanya.
“Ha…ha…ha….percuma kau berontak sayang, mau tak mau kau akan menikmati pesta ini!” ejek salah satu berandal.
Buah dada Adinda memerah dan mengembang karena remasan tangan Poltak.
Juned makin bersemangat, ketika vagina Adinda mulai berlendir. Lidah itu menjelajah makin dalam bersamaan dengan pekik desah Adinda. Poltak masih mengulum buah dada cewek itu. Putingnya disedot kuat-kuat, membuat cewek itu mengeliat menahan rasa nikmat dan sakit yang bercampur menjadi satu. Tanpa disengaja dari puting buah dada Adinda keluar cairan putih seperti susu. Poltak lebih bersemangat lagi menyedoti cairan itu, sementara tangannya meremas-remas buah dada Adinda agar keluar lebih banyak.
“Uuuuggghhhh……uuuuuhhhh….uuuhh hh….aaauuuhh hhh….” desis Adinda dengan napas tersedak-sedak.
“Ha…ha…ha….ternyata tubuhmu menghianatimukan? Diam-diam kau menikmatinya……BITCH!!!!” ejek Poltak sambil menyedoti buah dada Adinda, kanan-kiri.
Lonceng berbunyi menunjukkan pukul 21:30. Rupanya para berandal itu senang bermain-main dengan tubuhnya dan berniat melakukan WARMING-UP sebelum memperkosanya. Adinda hanya bisa mengeliat-liat dikerubuti para berandal yang kekar. Lidah Juned dengan lahapnya menjilati vagina Adinda. Tidak puas hanya lidah, sekarang jari tangan Juned ikutan beraksi. Jari tengah dan telunjuk Juned masuk di lobang kemaluan cewek itu, diputar-putar seolah-olah mengaduk-aduk vagina Adinda, sementara lidahnya ikut menjilati bibir kemaluan Adinda.
“Aaaauuuuhhhhh……uuuuuhhh…..aaa hhhh” desah cewek itu makin keras, membuat para berandal itu tertawa mengejek ketidak berdayaannya. Jari tangan Juned menusuk masuk dan bermain-main dengan klitorisnya, membuat Adinda mengelinjang-gelinjang. Mata Adinda terpejam, kepalanya menggeleng ke kiri kanan, Jamal menciumi pusarnya, tangan Poltak meremas-remas buah dadanya. Setelah puas bermain-main, Juned mementang kedua kaki Adinda.
“Juned mau pakai kondom?” tanya Buyung. Juned menolak usul Buyung.
“NO WAY….Ha…ha…ha….I WANT TO FEEL SKIN TO SKIN…ok sekarang saatnya manis… NOW LETS SEE JUST HOW TIGHT YOUR CUNT IS!” Juned mengangkat pinggul Adinda tinggi-tinggi. Penisnya sekarang digesek-gesekkan disekitar bibir kemaluan Adinda berusaha menyibak belahannya. Mata cewek itu terbelalak kaget ketika merasakan kepala penis Juned yang besar dan hangat. Batang penis itu berdenyut-denyut dibibir kemaluannya.
“Ohhh…ohhhh sekarang saatnya!” pikiran Adinda melayang jauh ketika Juned mulai beraksi menindih tubuhnya.
“Ayo Juned cumbu dia sampai mampus……Cihuuui!!!” para berandal itu memberi semangat.
Juned merasakan rasa hangat yang mengalir pada kepala batang kemaluannya yang sudah menancap tepat pada pintu gua kenikmatan milik cewek itu. Juned menekan perlahan, seperempat dari bagian kepala kemaluannya mulai terbenam ….Adinda menahan napas …. ditekan lebih dalam lagi …. separuh dari bagian kepala kemaluannya melesak masuk …. dengan lebih bertenaga Juned mendesak batang kemaluannya untuk masuk lebih dalam lagi.
“Ayo Juned! sedikit lagi! Masukin saja semua! Biar dia rasain Juned!” Poltak menyoraki Juned sambil meremas-remas buah dada Adinda.
“AAAgggh!!!!” Pekik Adinda merasakan sesuatu yang menyakitkan dipangkal pahanya ketika seluruh kepala kemaluan Juned sudah terbenam kedalam liang hangat miliknya, dengan satu hentakan yang kuat, penis Juned menyeruak masuk ke dalam vagina Adinda membuatnya memekik kesakitan.
Sementara badai diluar mulai turun dengan deras dimulailah pesta perkosaan itu. Adinda terlentang diatas meja bundar diruang tengah, tangan dan kakinya dipegangi erat-erat oleh Buyung dan Edi, buah dadanya dijilati, disedoti oleh Jamal dan Poltak, sementara penis Juned mengoyak-koyak vaginanya dengan ganas.
“Aaagh…..aaahh….ooooh….ooohh…” suara rintih Adinda seiring dengan gerakan ayunan pinggul Juned yang kuat. Senti demi senti batang kemaluan Juned menelusur masuk menerobos keketatan liang kemaluan Adinda yang sudah basah berlendir itu. Setiap ayunan Juned membuat tubuhnya mengelepar kesakitan karena penis yang besar itu berusaha masuk lebih dalam. Suara desahan Adinda membuat para berandal itu makin bernapsu menikmati tubuhnya.
“Ayo Juned…..genjot terus sampai mampus….. ha…ha…ha…” seru salah satu berandal.
Juned merasakan begitu ketatnya ujung kemaluannya terjepit di dalam vagina Adinda, selang beberapa saat penis itu terhenti menerobos keluar masuk.
“CAN’T SEEM TO GET MY COCK DEEP ENOUGH INTO YOU BABY!” Juned mengatur posisi pinggulnya, “YOU SO DAMN TIGHT!.” kemudian dengan satu hentakan yang kuat membuat batang penis itu hilang tertelan kemaluan Adinda.
“AAAaaaaggggkkk!!” suara lolong histeris Adinda ketika dengan satu hentakan kuat tanpa masalah penis itu beraksi lagi di liang vagina Adinda yang berlendir, rupanya selaput perawan Adinda robek.
“Uuuugggghhhh…. SO YOU’RE STILL A VIRGIN? Ha…ha…ha….manis, kau tak akan melupakan pengalaman ini!” ejek Juned, Penis itu dengan mudah menerjang keluar masuk dengan cepat, sementara tubuhnya menghentak hentak barbar diatas Adinda yang mendesah-desah tak berdaya. Kemaluan Adinda terasa akan robek oleh desakan penis Juned yang menyeruak masuk keluar dalam-dalam seperti membor kilang minyak. Juned melengkuh-lengkuh nikmat, pinggulnya berayun-ayun memompa, penis itu keluar masuk.
Kaki Adinda terangkat tinggi diatas meja terayun-ayun seirama gerakan pinggul Juned menghujamkan keluar masuk batang penisnya yang dengan barbar beraksi divaginanya.
Adinda berharap ia dapat pingsan saat itu juga supaya tidak merasakan sakit yang tak terlukiskan itu. Para berandal itu menyanyikan lagu “ROW YOUR BOAT”.
“Aaaahhh…aaaahh….ammm….pun….aa hh…
aaahh…aaahh….sakit..ahhhhh..aa aahhh….”jerit Adinda. Pinggul Juned bergerak seperti pompa. Penis itu keluar masuk seiring desahan Adinda.
“Ayo Juned coblos terus, coblos…coblos…woooo…
wooooo BABY….” teriak Poltak sambil menciumi dada cewek itu.
“Delapan puluh delapan……delapan puluh sembilan….sembilan puluh…Ayo…” dengan semangat Edi menghitungi setiap hujaman penis Juned.
“Aaaaahhh….wahhhhaaa….aaaah….u uuuh…
uuugh….” pekik Adinda, sementara Juned berayun-ayun diatas tubuhnya. Cewek itu hanya bisa terisak-isak. Suara petir menyambar di sela-sela badai.
“YEAAAHHH. HOW’S IT FEEL, BABE, HOW’S IT FEEL WITH A REAL MAN’S BIG COCK IN YOUR BELLY? OOOOOOOOOOOOO YOU FEEL SO GOOD, SO HOT.” ejek Juned sambil memaksa Adinda yang mendesah untuk melihat penisnya mengenjot keluar masuk lorong vaginanya. Adinda bisa merasakan setiap inci dari otot dibatang penis Juned bergerak menelusuri lorong kemaluannya.
“Uuuh…uuuh….uuaah…” lengkuh Juned, sudah sekitar setengah jam dia berayun-ayun diatas cewek itu, keringat membasahi tubuh keduanya, tetapi gerakan pinggulnya tetap ganas, penisnya menyodok-sodok dikemaluan Adinda, tangannya menggerayangi pahanya dengan liar.
Sementara itu Poltak membuka celana panjang dan celana dalamnya sendiri, penisnya panjang, (tetapi tidak sebesar Juned sekitar 8.7 inci) sudah tegak menegang. Jamal masih asyik menyedoti puting buah dada Adinda. Sesekali cewek itu berusaha memberontak, tetapi Edi dan Buyung mempererat pegangannya. Juned melengkuh-lengkuh nikmat di atas tubuh Adinda yang mengeliat-liat menahan berat tubuh Juned yang menindihnya.
“Seratus enam puluh enam…… seratus enam puluh tujuh…..seratus enam puluh delapan…..ayo Juned taklukan dia….ha…ha…ha…” Edi menyemangati yang langsung diikuti oleh para berandal yang lain.
“Seratus tujuh puluh tiga….seratus tujuh puluh empat…seratus tujuh puluh lima….” Para berandal yang lain ikutan menyemangati Juned.
Tubuh dan buah dada Adinda berguncang-guncang seirama dengan hentakan genjotan Juned yang makin liar. Vaginanya terasa terbakar oleh gesekan penis Juned yang buas.
“Aaaaaaahhhh…..aaaaaa….aaaaaah h…..aahhhh…. ..ooooohhh” Adinda melolong menahan sakit.
“Ayo…….ayo….seratus delapan puluh delapan…..seratus delapan puluh sembilan….seratus sembilan puluh….ha…ha…ha…” Edi memberi semangat.
“Uuuuaah….uuuuuh….uuughh…tubuh mu nikmat sekali!” Juned mengejek Adinda yang mengigit bibirnya menahan sakit. Pinggulnya maju mundur diantara selangkangan cewek itu. Jamal dengan gemas mengigit puting buah dada Adinda, sementara tangannya yang satu meremas- remas buah dada sebelah kanan.
“Aaaaahh……uuuughhh…..uuughh…uu ukkkh….ooo uuuughh…” rintih Adinda, sementara gerakan Juned mulai pelan, tapi mantap.
“Seratus sembilan puluh enam…..seratus sembilan puluh tujuh….” Semua berandal menyemangati Juned. Batang penisnya keluar masuk dengan barbar.
“”I’M COMING, BABY!” lengkuh Juned.
“OH GOD! NO, PLEASE ! NOOOOO!! NOO! DON’T COME INSIDE ME!!! NOOO, PLEASE!!!!…..AAAKKKHHHH!” kepala Adinda terjengkang keatas, sementara terdengar suara lolong kesakitan ketika batang penis itu menghujam dalam-dalam divaginanya.
Dengan satu hentakan kuat Juned mencapai klimax, penisnya menyemburkan sperma dalam lorong kemaluan Adinda.
“Uuuuuugggh…..ha…ha…ha….bagaim ana?” ejek Juned sambil mencabut penisnya dengan perkasa.
“kau akan digilir sampai pagi!!…..ha…ha…ha…NEXT!!!” seru salah satu berandal.
Sementara itu kilat diluar menyambar-yambar, waktu itu pukul 22:25. Adinda hanya bisa terisak-isak, Poltak maju sambil menyeringai. Tanpa perlawanan yang berarti, Poltak sudah berada di antara selangkangan cewek itu.
“Ha…ha…ha…IS MY TIME TO RIDE, BABY I’M GONNA TAKE MY TIME AND FUCK YOU NICE AND SLOW. LET’S SEE HOW LONG I CAN KEEP MY DICK HARD IN THIS WONDERFULLY TIGHT CUNT OF YOURS. SEE HOW LONG I CAN KEEP YOU MOANS…..!” ejek Poltak, sementara batang penisnya dengan mudah masuk ke vagina Adinda. Poltak memulai gerakannya, pinggulnya bergerak memutar, memastikan penisnya masuk penuh, lalu bergerak maju mundur perlahan tapi dalam. Pinggulnya berayun-ayun pelan dan mantap, diantara kedua paha Adinda yang terbuka lebar, sambil meremas-remas buah dadanya. Kadang jari-jari tangan Poltak melintir-lintir puting susu cewek itu, tubuh Adinda hanya bisa mengeliat-liat, sementara dari bibirnya yang terbuka terdengar suara erangan dan desah.
Penis itu beraksi di vaginanya, pinggulnya diangkat ke antara pinggang Poltak yang maju mundur. Jamal meninggalkan kerumunan menuju kulkas diruang makan. Juned duduk disofa, sambil melihat teman-
temannya beraksi diatas tubuh Adinda. Buyung masih dengan erat memegangi tangan kanan dan kiri Adinda, juga Edi yang memegangi kedua kaki Adinda. Suara desah erangan cewek itu bagai musik merdu ditelinga mereka. Tubuh Adinda basah kuyup karena keringat, sementara Poltak melengkuh-lengkuh nikmat.
“Ooooooooohhhhhh…….uuuuuuhhhhh …..uuuhhhh…. .uuhhh…..
ha…ha…ha….” suara Poltak, penisnya yang panjang tanpa ampun terus mengenjot kemaluan Adinda. Buah dadanya dijadikan bual-bualan oleh Poltak. Giginya mengigiti putingnya dengan gemas, membuat Adinda menjerit kesakitan. Terlihat bercak-bercak merah bekas cupangan disekitar leher dan dada ditubuh Adinda.
“Aaaahhh…..aaaaoooohhh….oooooh hhhhh…ooooohhh h…..” desah Adinda merasakan penis Poltak menusuk keluar masuk divaginanya. Sudah sekitar lima belas menit Poltak beraksi, tubuh Adinda berguncang-
guncang seirama ayunan pinggul Poltak.
Pukul 23.10. Kilat dan guntur bersahutan diluar, membuat jalanan bertambah sepi.
“Hah…hah….hah……uuuggghhh…”leng kuh Poltak, sekarang ayunannya tidak perlahan seperti pertama, tetapi berirama cepat dan dalam. Vagina Adinda terasa perih terbakar oleh gesekan penis Poltak.
“Ha….ha…ha….. tunggu punyaku manis, YOU WILL LOVE IT!” seru Edi sambil mengolesi penisnya sendiri dengan selei sehingga kepala penis itu terlihat gilap dan lebih besar dari yang sebelumnya.
“Uuuuuggghhhh…….uuuuuggghh…… uuuugggghhhh……”desah Adinda pendek seirama keluar masuk penis Poltak di kemaluannya.
Edi meremas-remas penisnya sendiri, sambil memandangi setiap lekuk tubuh Adinda.
“Ha…ha…ha….Ed, kau sudah tak sabar ya?……” tanya Buyung sambil matanya terkagum melihat penis Edi yang makin besar, sehingga kepala penis itu seperti jamur.
“Oooooohhhhhh….uuugggghhh…..oo oohh……
oooohh……..HERE I CAMEEE……!!!!” jerit klimax Poltak, penisnya menghujam dalam-dalam sambil menyemprotkan cairan putih.
“Aaaaaaakkkkkhhhhhhh……oooohhh… …” pekik Adinda diantara lengkuhan nikmat Poltak.
Poltak mencium kening Adinda yang terlentang terengah-engah diatas meja.
“FUCK YOU BABE!…..ha…ha..ha….” ejek Poltak sambil mencabut penisnya.
Posisinya segera digantikan oleh Edi. Kepala penis yang besar itu digesek-gesekkan di antara paha Adinda. Edi memandangi tubuh Adinda yang sintal dan mulus basah oleh keringat.
“LET’S GO TO HEAVEN, manis…ha…ha…ha….” Bersamaan dengan kata itu Edi menciumi buah dada Adinda, sementara tangannya mengesek-gesekkan penisnya di bibir kemaluan cewek itu.
Teriakan Adinda tertelan badai yang ganas, pukul 23.45. Adinda, meronta-ronta tubuhnya membusur digumuli Edi yang penuh napsu, sementara para berandal yang lain tertawa terbahak-bahak. Tangan Adinda yang dipegangi oleh Buyung,membuatnya tak bisa melawan, sehingga dengan leluasa Edi menciumi tubuhnya. Dari leher, lidah Edi terus menelusur turun ke buah dadanya, disedotnya kuat-kuat buah dada cewek itu, membuatnya mengerang kesakitan, lidahnya menjilati dengan lahap cairan yang keluar dari puting susu Adinda. Tiba-tiba dengan hentakan yang kuat penis Edi menerobos masuk kemaluan cewek itu.
“Aaaaakkkkkkkhhhhh…….”Adinda berteriak kesakitan. Penis itu terus berusaha masuk penuh, Adinda bisa merasakan kepala penis yang besar itu berusaha masuk lebih dalam di vaginanya.
“Uuuuugggghhhhh…..sempit sekali….uuuuaahh…
hhhaaaa….”seru Edi sambil terus mendorong masuk penisnya.
“Ayo…..Ed,……ha….ha…ha….masukka n semuanya….biar mampus dia!” teriak Juned menyemangati Edi.
Sekarang kepala penis itu sudah masuk, Edi diam sebentar merasakan otot vagina Adinda yang berusaha menyesuaikan diri dengan penisnya. Dinding vagina Adinda serasa meremas-remas penisnya, membuatnya lebih tegang.
“Ha….ha…ha….kulumat kau, manis!” bisik Edi sambil mulai menggenjotkan penisnya dengan barbar. Juned menciumi leher Adinda, Jamal meremas-remas buah dadanya, Poltak meratakan olesan selai, sedangkan tangan Edi mementang pahanya agar lebih leluasa penisnya bisa maju mundur diliang kemaluan Adinda.
“Aaaahhhh……aaahhhhhh…..aaagggh hhh…
aaahhhhh…” lolongan desah Adinda digarap ramai-ramai. Suara desah dan erangan Adinda terdengar bagai musik merdu ditelinga para berandal. Tanpa menghiraukan Adinda yang sudah kelelahan, mereka terus berpesta menikmati tubuh cewek itu. Bagai menyantap hidangan lezat, mereka melahap dan menjilati tubuh Adinda yang basah, mengkilat karena olesan selai dan keringat. Penis Edi menerobos keluar masuk dengan cepat, sementara disetiap hentakan tubuhnya terdengar erangan Adinda menghiba kesakitan. Jamal yang meremas-remas buah dadanya sekarang mulai menjilatinya penuh napsu, sedangkan putingnya disedoti agar keluar cairan seperti susu, Juned terus menciumi leher Adinda yang jenjang.
“Uuugggh…….uuuuggghhh……..aauug hh…..
uuugghhh….uuuuggghhh….” rintih Adinda, sudah sekitar lima belas menit Edi berpacu dengan birahi, peluh membasahi tubuhnya. Edi melengkuh-lengkuh penuh napsu, menikmati setiap inci hujaman penisnya dilorong kemaluan Adinda.
“Haaah…..haaah….uuuggh…..bagai mana manis, asik bukan…..kau akan digilir sampai pagi…ha…ha…
ha….Haah….haaah….” seru Edi sementara pinggulnya bergerak seperti memompa diantara kedua paha Adinda. Buah dada cewek itu memerah diremas-remas dengan kasar oleh para berandal. Tubuh Adinda berguncang-guncang dengan ganas seirama ayunan Edi.
“He…he…he…..buah dadamu lezat sekali, ya…..kau akan membayarnya dengan tubuhmu sayang!” ejek Jamal sambil menjilatkan lidahnya keudara sementara tangannya meremas-remas buah dada cewek itu dengan napsu. Adinda hanya bisa terisak-isak sambil menahan sakit disekujur tubuhnya yang basah kuyup karena keringat dan selai. Penis Edi makin ganas menggenjot cewek itu.
“Aaaauuh…..aaagggh……uuuuuggggh hhh…
uuuughhhhh….” pikik desah Adinda. Vaginanya terasa panas dan perih oleh gesekan penis Edi yang barbar.
Badai masih ganas, didekat lantai meja makan, terlihat BH dan celana dalam Adinda berserakan sementara diatas meja Adinda diperkosa dengan ganas oleh lima berandal yang kekar, tubuhnya dipentang dan dijilati penuh napsu. Buah dadanya dicengkram dan diremas-remas, lehernya diciumi, puting dan pusarnya dijilati, sementara Edi melengkuh-lengkuh nikmat, cewek itu hanya bisa merintih dan mendesah karena penis besar dan hitam beraksi menghentak-hentak barbar keluar masuk diantara selangkangannya. Waktu menunjukkan 24:16 Edi sudah hampir mencapai klimax, irama ayunan pinggulnya makin cepat tanpa perduli Adinda yang terengah-engah kelelahan, Jamal menggigit puting buah dadanya, membuat Adinda mengerang kesakitan.
“aakkkh….aaahh…ooooohhhh…” rintih Adinda diantara lengkuh nikmat Edi.
“Huuuh…uuuhhh…..uuuuhhh…..uhhh h….
HUUAAAHHHH…..” jerit Edi mencapai klimax, dengan satu hujaman yang kuat, penisnya masuk hilang tertelan dilorong vagina Adinda.
“Aaaaakkkkhhhh….” jerit Adinda tertahan, tubuh cewek itu mengeliat kejang, lalu lunglai, pingsan kelelahan, sementara penis itu menyemburkan banyak sprema dalam vaginanya. Peluh menetes dari tubuh Edi yang masih menindih cewek itu.
“Ha…ha…ha….tubuhmu sungguh menggairahkan sekali…” Raut wajahnya terlihat puas, beberapa saat kemudian Edi mencabut penisnya, sambil mencium leher Adinda yang masih pingsan. Jamal siap-siap maju mengambil posisi.
“Biarkan dia istirahat dulu, nggak enak kalau nggak ada perlawanan” Cegah Juned.
“Kita beri dia obat perangsang saja!” usul Buyung sambil tersenyum penuh napsu.
“Jangan, kita simpan itu untuk yang terakhir” Juned duduk disofa.
Beberapa menit kemudian, sekitar pukul 24:40, Adinda yang baru saja siuman dibopong ramai-ramai menuju kamarnya, disana cewek itu dilempar ke ranjang dan langsung diterkam oleh para berandal yang sekarang semuanya sudah telanjang bulat. Cewek itu berusaha berontak melarikan diri, tetapi dengan cekatan para berandal itu menerentangkan tubuh Adinda. Cewek itu berteriak ketakutan ketika para berandal dengan buas menggumuli tubuhnya.
“Aaaahhhh…..aampun…..aaaahhhh… .”hiba Adinda, sementara Edi dengan kasar mulai meremas-remas buah dada kanannya. Juned berusaha mencium bibirnya yang merah merekah. Poltak menjilati dan menyedoti puting sebelah kiri.
“Aaaaduuuhh…aaaaawww…aaaahhh…. .ja….
ja….ngan…”teriakan Adinda tak digubris. Jamal maju mengambil posisi diantara kedua kakinya, tersenyum sinis sambil membungkuk menciumi leher cewek itu. Adinda mengeliat-liat tak berdaya. Lidah Jamal menelusur turun dari lehernya menuju perutnya Adinda.
“Aaaaaahhh…..le…paskan…..aaaah hh” jerit Adinda ditengah kerubutan berandal. Jamal mulai menjilati daerah pusar Adinda.
“Manis…tadi kulihat kau suka disco! bagaimana kalau sambil diputarkan lagu…hmmm?…
disco…rock…atau metal?….OK metal saja!” Buyung mengejek Adinda. Beberapa saat kemudian terdengar lagu metal, membuat para berandal itu lebih bersemangat menikmati setiap lekuk tubuh Adinda.
“Ha…ha…ha…manis, kami masih belum puas!” ejek Jamal. Buyung membaca surat yang ditemukannya dimeja rias pinggir ranjang.
“Hmmmm…..SO YOUR NAME’S Adinda McCatry….
INTERESTING….” gumam Buyung sambil melihat Adinda yang mendesah-desah tak berdaya dijilati dan diciumi teman-temannya. Beberapa saat kemudian Buyung naik keatas ranjang, berbaring disamping cewek itu.
“Nah Adinda sayang, ARE YOU READY TO LOSE YOUR VIRGINITY IN ANOTHER HOLE? kau benar-benar beruntung manis! kau pasti puas!” kata Buyung sambil menjilat muka cewek itu yang menangis ketakutan. Buyung merangkul tubuhnya dari samping dan digulingkan menghadapkan keatas terlentang sehingga posisinya sekarang dibawah Adinda.
“Hai….sayang pestanya dilanjutkan. Manis kau pikir tadi sudah yang paling sakit, tunggu yang ini kau akan rasain sakit yang sebenernya!” kata Poltak sambil menerkam gemas buah dadanya.
“Dan sekarang kau dapat kehormatan manis BECAUSE I’LL TAKE YOUR ASS VIRGINITY!!” mata Adinda terbelalak ketakutan.
“Oooohhh….jang…aan…PLEASE!!!!” hiba Adinda disela isak tangisnya.
“Adinday kau akan merasakan sesuatu yang belum pernah kau bayangkan sebelumnya sayang!” ejek Buyung.
Cewek itu berusaha berontak sekuat tenaga, tapi kerubutan dan remasan dibuah dadanya membuatnya tak bisa berkutik. Adinda didudukkan tepat diatas tubuh Buyung, berandal itu mengarahkan penisnya yang tegak di lobang anus cewek itu dan segera dihujamkan dalam anus Adinda tanpa pelumas sehingga membuatnya menjerit kesakitan.
“AAAAKKKKKKKHHHHHH!!!!” lolong Adinda, sementara penis Buyung (10 inci) masuk penuh dalam anusnya, sekarang cewek itu dipaksa tidur terlentang. Jamal diatas menindihnya sementara Adinda meronta-ronta kesakitan, anusnya terasa sakit oleh batang penis Buyung yang berada dibawahnya. Jamal yang sudah puas menjilati perut Adinda, sekarang mementang kedua paha Adinda, mengarahkan penisnya (8 inci) ke lorong vagina cewek itu. Apa daya tenaga seorang cewek yang dikeroyok lima lelaki kekar, dengan mudah masing-masing tangan Adinda diikat dengan tali BH dijeruji pilar ranjangnya agar tidak bisa berontak.
Jamal segera memasukkan penisnya ke vagina Adinda yang masih meronta-ronta, sambil tertawa terbahak-bahak. “Ha….ha…ha…. sayang sekarang kau rasakan ini!” sambil berkata seperti itu, Jamal dan Buyung mulai menggoyangkan pinggul mereka. Penis Buyung bergerak naik-turun dianus sedangkan penis Jamal menyodok keluar masuk seirama nada metal yang makin bersemangat. Teriakan cewek itu tertelan oleh bunyi halilintar yang keras. Usaha Adinda untuk berontak membuat ikatan ditangannya makin erat dan menyakitkan. Tubuh Adinda meronta-ronta kesakitan, tanpa disadarinya gerakannya itu makin membuat Jamal dan Buyung yang memperkosanya makin terangsang. Tubuhnya mulai menggelinjang kesana kemari, pinggulnya bergerak-gerak ke kanan, kiri, memutar, sementara Buyung yang dibawah mempertahankan kecepatan ritme keluar masuk batang penisnya dianus Adinda. Suara kecipak akibat gesekan kemaluan mereka berdua semakin terdengar. Sodokan batang penis Buyung dianus Adinda membuat tubuh cewek itu meliuk-liuk tak beraturan dan semakin lama semakin bergerak naik seolah menantang kejantanan Jamal.
“Ha…ha…ha….Adinday kau suka ya? Nih akan kumasukkan lebih dalam lagi! HAAAHHHH!!!!” teriak Jamal sambil bertumpu pada remasan tangannya dibuah dada cewek itu ia menyodokkan penisnya lebih dalam ke vagina Adinda.
“Oooooohhhh……aaahhh….aaahhhh…a ahh…
ampun…amp..aaaaahhh…aaahh!!!!” erang Adinda kesakitan. Sementara kedua penis berandal itu mengkoyak-koyak vagina dan anusnya, begitu penuh nafsu, ganas dan liar. Melihat pemandangan itu dan terbakar oleh api birahi, para berandal lainnya sambil tertawa terbahak-bahak melihat ketidak berdayaan Adinda, mereka meremas-remas penis mereka sendiri.
“Ohhh….ha…ha…ha….bagaimana sayang, bagaimana rasanya….puas nggak? tenang pestanya masih lama….tunggu giliran kita…ha…ha…ha..” seru para berandal lainnya.
Beberapa menit saja penis mereka sudah tegak tegang siap beraksi kembali. Ranjang berderit-derit seirama musik metal dan gerakan mereka yang barbar, Adinda ditindih ditengah-tengah mereka yang menghentak-hentak berpacu dalam birahi. Gerakan Buyung bagaikan dongkrak memaksa tubuh Adinda mengelinjang keatas mengundang penis Jamal masuk ke lorong vaginanya, sedangkan gerakan Jamal yang seperti memompa dari atas menekan kebawah sehingga penis Buyung masuk penuh, begitu seterusnya, membuat cewek itu terengah-engah menahan rasa sakit di anus dan vaginanya sekaligus. Buyung menciumi leher, tengkuk, telinganya penuh napsu.
“Uuuggh…uuggh…uuuughhh….” rintih Adinda seirama ayunan kedua penis itu. Cewek itu bisa merasakan seakan-akan kedua penis itu saling bertemu dan bergesekan didalam perutnya, hanya berbeda lorong saja.
Jamal dan Buyung melengkuh-lengkuh nikmat. Buah dadanya diremas-remas dengan kasar sekali oleh Jamal. Adinda merasakan kesakitan, tapi remasan dibuah dadanya membuatnya tetap tersadar. Para berandal yang lainnya bersorak-sorak menyemangati keduanya melahap tubuh Adinda , Penis-penis mereka digesek-gesekkan di tubuh cewek itu. Waktu menunjukkan Pukul 01:20 sementara pesta perkosaan itu makin brutal terbawa napsu birahi para berandal, sementara itu badai diluar makin ganas dan guntur sesekali menggelegar menelan teriakan Adinda.
Mereka mengerjai tubuh mulus adinda sampai jam 05.00 pagi, dan meninggalkan Adinda dengan tubuh bugil yang sudah tak berdaya itu sembari tertawa penuh kepuasan.

Tamat

No Comment